Jumat, 13 Maret 2009

Refleksi Perkuliahan Pendahuluan Filsafat

Filsafat memiliki 3 pilar, yaitu :

  • Ontologi
  • Epistemologi
  • Aksiologi /manfaat : - etika (benar dan salah)

- estetika (baik dan buruk)

Terdapat dua macam filsafat :

  1. Filsafat Primer, yaitu berdasarkan sumber referensi.
  2. Filsafat Sekunder, yaitu memahami apa yang diucap, dipikir dan ditulis.

Ilmu dalam filsafat adalah ’Hermeneutika’. Hermeneutika adalah menerjemahkan (mencari ilmu) dan diterjemahkan (ikhlas). Menurut Francis Bacon, ada empat kendala ilmu (idol / berhala), yaitu salah satunya Idol Pasar ( belanja ilmu di toko kelontong).

A. Pengertian Filsafat

Filasafat adalah olah pikir. Filsafat adalah pikiranku, pikiranku adalah aku maka aku adalah filsafat. Berdasarkan sejarah perkambangan pemikiran kefilsafatan maka filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yaitu :

  1. Etimologi

Kata filsafat yang dalam bahasa Inggris adalah philosophy, barasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom). Jadi filsafat secara etimologi berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom).

  1. Terminologi

Arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Karena batasan filsafat itu banyak, maka sebagai gambaran dikenalkan beberapa batasan.

a. Plato

Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.

b. Aristoteles

Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika (filsafat keindahan).

Accident adalah jatuhnya suatu sifat ke sifat yang lain.

c. Rene Descartes

Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.

d. Immanuel Kant

Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang di dalamnya tercakup masalah epistemology (filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.

Kant berpendapat bahwa ilmu adalah sadar tentang arti. Sadar merupakan awal dari pengetahuan.

e. N. Driyarkara

Filsafat adalah permenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab ‘ada’ dan ‘berbuat’ permenungan tentang kenyataan (reality) yang sedalam-dalamnya, sampai ke ‘mengapa’ yang penghabisan.

B. Ruang Lingkup Filsafat

Ruang lingkup filsafat, yaitu :

1. Hakekat

Hakekat pemasalahan filsafat, meliputi hal-hal sebagai berikut :

· Filsafat dikatakan suatu imu pengetahuan,suatu bentuk pengetahuan.

· Objek pengetahuan kita ialah semua yang ada.

Objek filsafat adalah sepele (yang ada dan yang mungkin ada). Bersifat intensif (sedalam-dalamnya) dan ektensif (seluas-luasnya)

· Dunia tempat manusia hidup dapat dipersoalkan.

Menurut Marsigit (dalam Elegi Menggapai Penampakan) bahwa dibalik suatu hakekat terdapat hakekat yang lainnya. Jadi sebenar-benar hakekat manusia adalah batas pengetahuan manusia itu sendiri.


Ilmu manusia yang tertinggi adalah pengakuan manusia bahwa tidak dapat mengerti hakekat apapun sedangkan serendah-rendah ilmu manusia adalah pengakuan manusia yang merasa bisa mengerti hakekat apapun.


2. Metode

Kata metode berasal dari bahasa Yunani, methodos, meta ialah menuju, melalui dan hodos ialah jalan, perjalanan. Metode ialah cara bertindak menurut system aturan tertentu. Menurut garis histories ada 10 metode, sebagai berikut :

a. Metode Kritis : Socrates, Plato

Bersifat analisisistilah dan pendapat. Merupakan hermeneutika, yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan.

b. Metode Intuitif : Plotinus, Bergson

Dengan jalan instropeksi intuitif dan dengan pemakaian simbol-simbol diusahakan pembersihan intelektual (bersama dengan persucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan pikiran. Bergson : dengan jalan pembauran antara kesadarn dan proses perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.

c. Metode Stokastik : Aristoteles, Thomas Aquinas, Filsafat Abad Pertengahan

Bersifat sintetis- deduktif. Dengan bertitik tolakdari definisi-definisi atau prinsip-prisip yang jelas dengan sendirinya, ditarik kesimpulan-kesimpulan.

d. Metode Geometris : Rene Descartes dan pengikutnya

Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks, dicapai instuisi akan hakekat-hakekat ’sederhana’ (ide terang dan berbeda dari yang lain), dari hakekat-hakekat itu dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.

e. Metode Empiris : Hobbes, Locke, Berkeley, David Home

Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian (ide-ide) dalam instropeksi dibandingka dengan cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian disusun bersama secara geometris.

f. Metode Transendental : Immanuel Kant, Neo-Skolastik

Bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian sedemikian.

g. Metode Fenomenologis : Husserl, Eksistensialisme

Dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi atas fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakekat-hakekat murni.

h. Metode Dialektis : Hegel, Marx

Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri, menurut triade tesis, antitesis, sintesis dicapai hakekat kenyataan.

i. Metode Ne-positivistis :

Kenyataan dipahami menurut hakekatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta).

j. Metode Analitika Bahasa: Wittgenstein

Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofis.


3. Manfaat

Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat mengandung manfaat :

1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.

2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan.

3. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.


Harmoni tidak selalu sejalan, tetapi merupakan suatu interaksi antara hati dan pikiran, antara kualitatif dan kuantitatif bahkan antara surga dan neraka. (Dr.Marsigit dalam Elegi Pertandingan Tinju antara Kualitatif melawan Kuantitatif )



(diambil dari Drs. Burhanuddin Salam. 1984. Pengantar Filsafat. Bumi Aksara : Jakarta.
Dr. Marsigit dalam http://powermathematics.blogspot.com)

1 komentar: