Ada empat periode besar dalam filsafat Barat:
1. Zaman Yunani (600 sM - 400 M)
2. Zaman Patristik dan Skolastik (300 M - 1500 M)
3. Zaman Modern (1500 M - 1800 M)
4. Zaman sekarang (setelah 1800 M).
ZAMAN MODERN (1500 – 1800 M)
Filsafat modern dimulai sekitar tahun 1700-an. Pada filsafat modern ini terjadi sebuah benturan antara aliran rasionalisme dan empirisme. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.
Rasionalisme :
Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal.Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki. Zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke XVII sampai akhir abad ke XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran.
Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M) sehingga beliau dikenal sebagai bapak rasionalism. Dalam buku Discourse de la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis. Kalau suatu kebenaran tahan terhadap ujian kesangsian yang radikal ini, maka kebenaran itu 100% pasti dan menjadi landasan bagi seluruh pengetahuan.
Empirisme :
Empirisme berasal dari kata Yunani yaitu "empiris" yang berarti pengalaman inderawi. Oleh karena itu empirisme dinisbatkan kepada faham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalanan dan yang dimaksudkan dengannya adalah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia. Pada dasarnya Empirisme sangat bertentangan dengan Rasionalisme. Rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan yang sejati berasal dari ratio, sehingga pengenalan inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur. sebaliknya Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Dalam aliran empiris, Immanuel Kant mengambil jalan tengah, yaitu ilmu adalah sintetik apriori. Sehingga Immanuel Kant mendapat predikat rasional, empirisn transenden, intusionism yang kemudian aliran intusionism diikuti oleh Brower. Filsafat adalah yang tetap dan yang berubah.
Materialisme :
Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu. Pada abad ke-19 pertengahan, aliran Materialisme tumbuh subur di Barat. Faktor yang menyebabkannya adalah bahwa orang merasa dengan faham materialisme mempunyai harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan alam. Selain itu, faham materialisme ini praktis tidak memerlukan dalil-dalil yang muluk-muluk dan abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada kenyataan-kenyataan yang jelas dan mudah dimengerti.
Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama dimana-mana. Hal ini disebabkan bahwa faham materialisme ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (atheis) yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat. Pada masa ini, kritikpun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang menentang materialisme. Adapun kritik yang dilontarkan adalah sebagai berikut :
1. Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari
khaos (kacau balau). Padahal kata Hegel. kacau balau yang mengatur bukan lagi kacau balau namanya.
2. Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam. padahal pada hakekatnya hukum alam ini adalah perbuatan rohani juga.
3. Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri. padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri yaitu Tuhan.
4. Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling mendasar sekalipun.
Dalam paham materialisme, sejarah telah dibelokkan (sejarah materi) dengan tokohnya adalah Karl Max. Maciakeli menggabungkan antara paham Karl Max dengan materialisme dan sejarah.
Kemudian mencul filsafat kontemporer dengan diikuti munculnya bendungan Comte (terdapat dalam sungai Positivisme).
MASA KONTEMPORER
Pada masa kontemporer (abad XX) sangat heterogen. Hal ini disebabkan jarena profesionalisme yang semakin besar. Aliran yang berkembang dan berpengaruh pada abad XX antara lain, pragmatisme, vitalisme, fenomenologi, eksistensialisme, filsafat analitis, strukturalisme dan postmodernisme.
Arti dari bendungan Comte adalah memberontak tentang adanya filsafat dan pemikiran yang bersifat positivisme. Arti dari positivisme adalah bisa mengetahui sesuatu yang nyata dan yang ada saat ini (konkret).
(diambil dari http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_filsafat/Bab_7.pdf
IKHTISAR SEJARAH PEMIKIRAN FILSAFAT (1):AKAL-BUDI DAN IMAN : http://www.te.ugm.ac.id/.../sg/Bab 4. Sejarah filsafat (1).do
Bab 5. Sejarah Filsafat (2) .doc : http://www.te.ugm.ac.id/.../sg/Bab 5. Sejarah filsafat (2).doc
Selasa, 31 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar