Selasa, 31 Maret 2009
FILSAFAT DALAM PERSPEKTIF SEJARAH
1. Zaman Yunani (600 sM - 400 M)
2. Zaman Patristik dan Skolastik (300 M - 1500 M)
3. Zaman Modern (1500 M - 1800 M)
4. Zaman sekarang (setelah 1800 M).
ZAMAN MODERN (1500 – 1800 M)
Filsafat modern dimulai sekitar tahun 1700-an. Pada filsafat modern ini terjadi sebuah benturan antara aliran rasionalisme dan empirisme. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.
Rasionalisme :
Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal.Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki. Zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke XVII sampai akhir abad ke XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran.
Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M) sehingga beliau dikenal sebagai bapak rasionalism. Dalam buku Discourse de la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis. Kalau suatu kebenaran tahan terhadap ujian kesangsian yang radikal ini, maka kebenaran itu 100% pasti dan menjadi landasan bagi seluruh pengetahuan.
Empirisme :
Empirisme berasal dari kata Yunani yaitu "empiris" yang berarti pengalaman inderawi. Oleh karena itu empirisme dinisbatkan kepada faham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalanan dan yang dimaksudkan dengannya adalah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia. Pada dasarnya Empirisme sangat bertentangan dengan Rasionalisme. Rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan yang sejati berasal dari ratio, sehingga pengenalan inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur. sebaliknya Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Dalam aliran empiris, Immanuel Kant mengambil jalan tengah, yaitu ilmu adalah sintetik apriori. Sehingga Immanuel Kant mendapat predikat rasional, empirisn transenden, intusionism yang kemudian aliran intusionism diikuti oleh Brower. Filsafat adalah yang tetap dan yang berubah.
Materialisme :
Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu. Pada abad ke-19 pertengahan, aliran Materialisme tumbuh subur di Barat. Faktor yang menyebabkannya adalah bahwa orang merasa dengan faham materialisme mempunyai harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan alam. Selain itu, faham materialisme ini praktis tidak memerlukan dalil-dalil yang muluk-muluk dan abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada kenyataan-kenyataan yang jelas dan mudah dimengerti.
Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama dimana-mana. Hal ini disebabkan bahwa faham materialisme ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (atheis) yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat. Pada masa ini, kritikpun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang menentang materialisme. Adapun kritik yang dilontarkan adalah sebagai berikut :
1. Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari
khaos (kacau balau). Padahal kata Hegel. kacau balau yang mengatur bukan lagi kacau balau namanya.
2. Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam. padahal pada hakekatnya hukum alam ini adalah perbuatan rohani juga.
3. Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri. padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri yaitu Tuhan.
4. Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling mendasar sekalipun.
Dalam paham materialisme, sejarah telah dibelokkan (sejarah materi) dengan tokohnya adalah Karl Max. Maciakeli menggabungkan antara paham Karl Max dengan materialisme dan sejarah.
Kemudian mencul filsafat kontemporer dengan diikuti munculnya bendungan Comte (terdapat dalam sungai Positivisme).
MASA KONTEMPORER
Pada masa kontemporer (abad XX) sangat heterogen. Hal ini disebabkan jarena profesionalisme yang semakin besar. Aliran yang berkembang dan berpengaruh pada abad XX antara lain, pragmatisme, vitalisme, fenomenologi, eksistensialisme, filsafat analitis, strukturalisme dan postmodernisme.
Arti dari bendungan Comte adalah memberontak tentang adanya filsafat dan pemikiran yang bersifat positivisme. Arti dari positivisme adalah bisa mengetahui sesuatu yang nyata dan yang ada saat ini (konkret).
(diambil dari http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_filsafat/Bab_7.pdf
IKHTISAR SEJARAH PEMIKIRAN FILSAFAT (1):AKAL-BUDI DAN IMAN : http://www.te.ugm.ac.id/.../sg/Bab 4. Sejarah filsafat (1).do
Bab 5. Sejarah Filsafat (2) .doc : http://www.te.ugm.ac.id/.../sg/Bab 5. Sejarah filsafat (2).doc
Jumat, 13 Maret 2009
Refleksi Perkuliahan Pendahuluan Filsafat
Filsafat memiliki 3 pilar, yaitu :
- Ontologi
- Epistemologi
- Aksiologi /manfaat : - etika (benar dan salah)
- estetika (baik dan buruk)
Terdapat dua macam filsafat :
- Filsafat Primer, yaitu berdasarkan sumber referensi.
- Filsafat Sekunder, yaitu memahami apa yang diucap, dipikir dan ditulis.
Ilmu dalam filsafat adalah ’Hermeneutika’. Hermeneutika adalah menerjemahkan (mencari ilmu) dan diterjemahkan (ikhlas). Menurut Francis Bacon, ada empat kendala ilmu (idol / berhala), yaitu salah satunya Idol Pasar ( belanja ilmu di toko kelontong).
A. Pengertian Filsafat
Filasafat adalah olah pikir. Filsafat adalah pikiranku, pikiranku adalah aku maka aku adalah filsafat. Berdasarkan sejarah perkambangan pemikiran kefilsafatan maka filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yaitu :
- Etimologi
Kata filsafat yang dalam bahasa Inggris adalah philosophy, barasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom). Jadi filsafat secara etimologi berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom).
- Terminologi
Arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Karena batasan filsafat itu banyak, maka sebagai gambaran dikenalkan beberapa batasan.
a. Plato
Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
b. Aristoteles
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika (filsafat keindahan).
Accident adalah jatuhnya suatu sifat ke sifat yang lain.
c. Rene Descartes
Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
d. Immanuel Kant
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang di dalamnya tercakup masalah epistemology (filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.
Kant berpendapat bahwa ilmu adalah sadar tentang arti. Sadar merupakan awal dari pengetahuan.
e. N. Driyarkara
Filsafat adalah permenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab ‘ada’ dan ‘berbuat’ permenungan tentang kenyataan (reality) yang sedalam-dalamnya, sampai ke ‘mengapa’ yang penghabisan.
B. Ruang Lingkup Filsafat
Ruang lingkup filsafat, yaitu :
1. Hakekat
Hakekat pemasalahan filsafat, meliputi hal-hal sebagai berikut :
· Filsafat dikatakan suatu imu pengetahuan,suatu bentuk pengetahuan.
· Objek pengetahuan kita ialah semua yang ada.
Objek filsafat adalah sepele (yang ada dan yang mungkin ada). Bersifat intensif (sedalam-dalamnya) dan ektensif (seluas-luasnya)
· Dunia tempat manusia hidup dapat dipersoalkan.
Menurut Marsigit (dalam Elegi Menggapai Penampakan) bahwa dibalik suatu hakekat terdapat hakekat yang lainnya. Jadi sebenar-benar hakekat manusia adalah batas pengetahuan manusia itu sendiri.
Ilmu manusia yang tertinggi adalah pengakuan manusia bahwa tidak dapat mengerti hakekat apapun sedangkan serendah-rendah ilmu manusia adalah pengakuan manusia yang merasa bisa mengerti hakekat apapun.
2. Metode
Kata metode berasal dari bahasa Yunani, methodos, meta ialah menuju, melalui dan hodos ialah jalan, perjalanan. Metode ialah cara bertindak menurut system aturan tertentu. Menurut garis histories ada 10 metode, sebagai berikut :
a. Metode Kritis : Socrates, Plato
Bersifat analisisistilah dan pendapat. Merupakan hermeneutika, yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan.
b. Metode Intuitif : Plotinus, Bergson
Dengan jalan instropeksi intuitif dan dengan pemakaian simbol-simbol diusahakan pembersihan intelektual (bersama dengan persucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan pikiran. Bergson : dengan jalan pembauran antara kesadarn dan proses perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.
c. Metode Stokastik : Aristoteles, Thomas Aquinas, Filsafat Abad Pertengahan
Bersifat sintetis- deduktif. Dengan bertitik tolakdari definisi-definisi atau prinsip-prisip yang jelas dengan sendirinya, ditarik kesimpulan-kesimpulan.
d. Metode Geometris : Rene Descartes dan pengikutnya
Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks, dicapai instuisi akan hakekat-hakekat ’sederhana’ (ide terang dan berbeda dari yang lain), dari hakekat-hakekat itu dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.
e. Metode Empiris : Hobbes, Locke, Berkeley, David Home
Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian (ide-ide) dalam instropeksi dibandingka dengan cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian disusun bersama secara geometris.
f. Metode Transendental : Immanuel Kant, Neo-Skolastik
Bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian sedemikian.
g. Metode Fenomenologis : Husserl, Eksistensialisme
Dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi atas fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakekat-hakekat murni.
h. Metode Dialektis : Hegel, Marx
Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri, menurut triade tesis, antitesis, sintesis dicapai hakekat kenyataan.
i. Metode Ne-positivistis :
Kenyataan dipahami menurut hakekatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta).
j. Metode Analitika Bahasa: Wittgenstein
Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofis.
3. Manfaat
Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat mengandung manfaat :
1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.
2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan.
3. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
Harmoni tidak selalu sejalan, tetapi merupakan suatu interaksi antara hati dan pikiran, antara kualitatif dan kuantitatif bahkan antara surga dan neraka. (Dr.Marsigit dalam Elegi Pertandingan Tinju antara Kualitatif melawan Kuantitatif )
Dr. Marsigit dalam http://powermathematics.blogspot.com)